Mengenal Mikropalentologi
Sejarah Umum Paleontologi Mikro
Paleontologi berasal dari kata, Paleo yang
berarti masa lampau/kuno dan onthos yang
berarti kehidupan kehidupan. Paleontologi adalah merupakan suatu ilmu yang
mempelajari sisa-sisa makhluk hidup purba, baik dari fosil-fosilnya maupun
jejak-jejak kehidupan yang telah mengalami proses pembatuan. Sedangkan fosil
adalah sisa-sisa dari kehidupan masa lampau ataupun segala sesuatu yang
menunjukkan kehidupan yang telah membatu dan yang paling muda berumur
pleistosen. Pada umumnya fosil ini terjadi pada lingkungan sedimen.
Fosil dalam “Paleontologi” terbagi menjadi 2 jenis, yaitu:
- Fosil Makro/besar (Macrofosil), yaitu fosil yang dapat dilihat dengan mata biasa (megaskopis).
- Fosil Mikro/kecil (Microfosil), yaitu fosil yang hanya dapat dilihat dengan bantuan alat mikroskop.
Mikropaleontologi
Mikropaleontologi adalah cabang dari ilmu pada ilmu paleontologi yang
khusus mempelajari sermua sisa-sisa yang berukuran kecil sehingga pada
pelaksanaannya harus menggunakan alat bantu mikroskop. Contoh mikrofosil adalah
hewan foraminifera.
Foraminifera adalah merupakan mikrofosil yang sangat penting dalam studi
mikropaleontologi. Hal ini disebabkan karena jumlahnya yang sangat melimpah
pada batuan sedimen. Secara defenisi foraminifera adalah organisme bersel
tunggal yang hidup secara aquatik (terutama hidup di laut), mempunyai satu atau
lebih kamar-kamar yang terpisah satu dengan yang lainnya oleh sekat-sekat (septa) yang ditembusi oleh lubang-lubang halus (foramen).
Hewan foraminifera contohnya adalah plankton dan benthos, hidup pada dasar
laut. Plankton bentuk testnya adalah bulat dan susunan kamarnya adalah trochospiral, sedangkan benthos bentuk testnya adalah pipih dan
susunan kamar planispiral.
Kedua-duanya ini adalah merupakan bagian dari fhilum protozoa.
Pengertian Mikrofosil Menurut Jones (1936). Setiap fosil (biasanya kecil) untuk mempelajari sifat-sifat dan
strukturnya dilakukan di bawah mikroskop. Umumnya fosil ukurannya lebih dari 5
mm namun ada yang berukuran sampai 19 mm seperti genus fusulina
yang memiliki cangkang- cangkang yang dimiliki organisme, embrio dari
foil-fosil makro serta bagian-bagian tubuh dari fosil makro yang mengamainya
menggunakan mikroskop serta sayatan tipis dari fosil-fosil, sifat fosil mikro
dari golongan foraminifera kenyataannya foraminifera mempunyai fungsi/berguna untuk
mempelajarinya.
Dari cara hidupnya foraminifera dibagi menjadi 6, yaitu :
- Pellagic (mengambang)
- Nektonic (bergerak aktif)
- Lanktonic (bergerak pasif) mengikuti keadaan sekitarnya
- Benthonic (pada dasar laut)
- Secile (mikro fosil yang menambat/menempel)
- Vagile (merayap pada dasar laut)
Foraminifera adalah merupakan mikrofosil yang sangat penting dalam studi
mikropaleontologi. Hal ini disebabkan karena jumlahnya yang sangat melimpah
pada batuan sedimen. Secara defenisi foraminifera adalah organisme bersel
tunggal yang hidup secara aquatik (terutama
hidup di laut), mempunyai satu atau lebih kamar-kamar yang terpisah satu dengan
yang lainnya oleh sekat-sekat (septa) yang
ditembusi oleh lubang-lubang halus (foramen).
Foraminifera memberikan data umur relatif batuan sedimen laut. Ada beberapa
alasan bahwa fosil foraminifera adalah mikrofosil yang sangat berharga
khususnya untuk menentukan umur relatif lapisan-lapisan batuan sedimen laut.
Data penelitian menunjukkan foraminifera ada di bumi sejak jaman Kambrium,
lebih dari 500 juta tahun yang lalu.
Foraminifera mengalami perkembangan secara terus-menerus, dengan demikian
spesies yang berbeda diketemukan pada waktu (umur) yang berbeda-beda.
Foraminifera mempunyai populasi yang melimpah dan penyebaran horizontal yang
luas, sehingga diketemukan di semua lingkungan laut. Alasan terakhir, karena
ukuran fosil foraminifera yang kecil dan pengumpulan atau cara mendapatkannya
relatif mudah meskipun dari sumur minyak yang dalam.
Foraminifera memberikan data tentang lingkungan masa lampau (skala
Geologi). Karena spesies foraminifera yang berbeda diketemukan di lingkungan
yang berbeda pula, seorang ahli paleontologi dapat menggunakan fosil
foraminifera untuk menentukan lingkungan masa lampau tempat foraminifera
tersebut hidup. Data foraminifera telah dimanfaatkan untuk memetakan posisi
daerah tropik di masa lampau, menentukan letak garis pantai masa lampau, dan
perubahan perubahan suhu global yang terjadi selama jaman es.
Sebuah contoh kumpulan fosil foraminifera mengandung banyak spesies yang
masih hidup sampai sekarang, maka pola penyebaran modern dari spesies-spesies
tersebut dapat digunakan untuk menduga lingkungan masa lampau di tempat
kumpulan fosil foraminifera diperoleh ketika fosil foraminifera tersebut masih
hidup. Jika sebuah contoh mengandung kumpulan fosil foraminifera yang semuanya
atau sebagian besar sudah punah, masih ada beberapa petunjuk yang dapat
digunakan untuk menduga lingkungan masa lampau. Petunjuk tersebut adalah
keragaman spesies, jumlah relatif dari spesies plangtonik dan bentonik
(prosentase foraminifera plangtonik dari total kumpulan foraminifera plangtonik
dan bentonik), rasio dari tipe-tipe cangkang (rasio Rotaliidae, Miliolidae, dan Textulariidae), dan aspek kimia material penyusun cangkang.
Quote of The Day
"Language is the key to the heart of people." -Ahmed Deedat
0 komentar:
Posting Komentar